MEMBACA ADALAH JENDELA DUNIA MENUJU INDONESIA JAYA
Kunci dari literasi adalah membaca. Ibarat sebuah rumah, kita akan bisa melihat dunia luar dari rumah kita melalui jendela. Sehingga kita tidak menjadi manusia yang terjebak pada sudut pandang diri sendiri.
Implementasi Nilai Perjuangan Serangan Umum 1 Maret 1949
Setiap kejadian sejarah pada bangsa kita selalu memberikan pesan kepada generasi dimasa sekarang. Seharusnya kita mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
MENCIPTAKAN POLA BELAJAR EFEKTIF DARI RUMAH
Kreatifitas guru dituntut untuk menyajikan proses pembelajaran yang menarik dan efektif bagi peserta didik di masa pandemi covid-19. Kondisi pembelajaran online harus bernuansa kebersamaan dalam satu tujuan.
Senin, 22 Juni 2020
HIKMAH PANDEMI CORONA
Senin, 08 Juni 2020
IKATAN GURU INDONESIA
LATAR BELAKANG KEIKUTSERTAAN :
Baru kemudian penulis bisa mengikuti langkah langkah agar bisa bergabung dalam kegiatan Sagusablog. Berikut penulis sertakan langkah awal untuk melakukan pendaftaran ke kegiatan Sagusablog.
SAGUSABLOG
Sagusablog (Satu Guru Satu Blog) sebagai salah satu kanal kegiatan Ikatan Guru Indonesia (IGI), organisasi profesional guru yang berdiri secara resmi sejak tahun 2009 melalui SK Kemenkumhan No. AHU-125 AHA 01 06 tahun 2009, kanal kegiatan yang diresmikan di Surabaya 10 Oktober 2016, sampai saat ini telah melatih lebih dari 3000 Guru di Indonesia dan menghasilkan lebih dari 1500 Blog Guru. - Workshop online dasar.
- Modul 1 : Membuat blog dengan blogger
- Modul 2 : Mengganti dan mendesain template bawaan blogger
- Modul 3 : Mendesain Header blog
- Modul 4 : Mengelola dan Menghias Blog
- Modul 5 : Membuat dan Mengelola Menu Blog
- Modul 6 : Membuat dan mengelola soal online di google drive
Yang pasti penulis merasa puas atas layanan admin Sagusablog yang sangat membantu kami. Terimakasih atas semua ilmu yang diberikan kepada kami para guru di seluruh Indonesia. Kami akan mengimplementasikan ini dalam dunia pendidikan yang kami geluti.
MENCIPTAKAN POLA BELAJAR EFEKTIF DARI RUMAH
MENCIPTAKAN POLA BELAJAR
EFEKTIF DARI RUMAH
(GUNAKAN APLIKASI PEMBELAJARAN
DARING YANG TEPAT)
Negara kita saat ini sedang dalam
situasi sulit menghadapi pendemi corona atau Covid 19. Presiden Joko Widodo
dengan tegas menghimbau untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan
ibadah dari rumah. Ini adalah perjuangan
seluruh unsur bangsa. Ketika tenaga medis dan para medis berjuang di garda
terdepan untuk merawat dan menyembuhkan mereka yang tertular, maka kita juga
berjuang melalui proses pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa. Salah satu solusi yang dilaksanakan adalah
dengan melakukan pembelajaran daring (online
learning / online classroom). Guru
dituntut untuk mampu merancang atau mendesain pembelajaran daring yang ringan
dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan
sesuai dengan materi yang diajarkan.
Masih segar dalam ingatan saya pesan atau sambutan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Nadiem Makarim pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2020 hari ini Sabtu 2 Mei 2020, yang penulis ikuti dari chanel you tube Kemendikbud. Catatan penting dari sambutan beliau adalah adanya banyak perubahan dalam pola belajar peserta didik dari tatap muka langsung menjadi daring. Ini menjadi tantangan terhadap Kreatifitas guru untuk bisa mengelola pembelajaran semenarik mungkin namun tetap tepat guna (efektif). Pandemi covid 19 ternyata telah menuntut dunia pendidikan kita berinovasi dan berekspresi untuk melakukan berbagai eksperimen. Ini juga membuka kesadaran baru bagi masyarakat bahwa sebenarnya pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan keberhasilannya ditentukan oleh kolaborasi efektif dari 3 pihak yaitu sekolah (guru) – siswa – masyarakat ( oang tua).
Dalam pelakasanaannya memang
tidak mudah, tapi marilah kita mulai dari aplikasi aplikasi yang sederhana dan
sudah sering kita gunakan. Hal yang paling sederhana dapat dilakukan oleh guru bisa
dengan memanfaatkan Whatsapp Group. Aplikasi whatsaap cocok digunakan bagi
pengajar daring pemula, karena pengoperasiannya sangat sederhana dan mudah
diakses siswa. Sedangkan bagi pengajar daring yang mempunyai semangat yang
lebih, bisa meningkatkan kemampuannya dengan menggunakan berbagai aplikasi
pembelajaran daring. Namun guru harus bisa memilih aplikasi yang sesuai dengan
kebutuhan guru dan siswa itu sendiri. Tidak semua aplikasi pembelajaran daring
bisa dipakai begitu saja, namun harus dipertimbangkan dengan kebutuhan guru dan
siswa, kesesuaian terhadap materi, keterbatasan infrastuktur perangkat seperti
jaringan
Penulis sendiri merasa efektif menggunakan aplikasi google
classroom karena di situ kita bisa memadukan berbagai aplikasi lain untuk
mengelola kelas atau classroom agar lebih menarik dan tidak membosankan siswa.
Jangan lupa sisipkan pesan pesan menenangkan dan mendamaikan perasaan
mereka. Ada banyak variasi tugas yang
bisa kita berikan namun tidak selalu dalam bentuk latihan soal yang menuntut
jawaban yang menyulitkan buat mereka. Dan harus yang diingat bahwa tugas yang
mereka kerjakan harus kita pantau dan diberikan apresiasi dalam bentuk
penilaian. Karena pembelajaran daring maka kita bisa menggunakan chating
personal untuk memberikan pesan khusus kepada yang bersangkutan. Dengan cara
ini kedekatan akan terus mereka rasakan dan ini akan memberikan semangat
belajar kepada mereka.
Sementara pada saat tertentu tugas kelompok yang mereka
kerjakan dipresentasikan dengan menggunakan aplikasi online meeting. Memang
diakui bahwa penggunaan zoom cloud meeting paling sering digunakan oleh kami
para guru. Di sini guru dan siswa seolah olah hadir dalam satu ruangan bisa
berdiskusi dan bertanya jawab memecahlan masalah bersama.
Tentunya teman teman guru memiliki berbagai pola
pembelajaran online yang bisa jadi lebih menarik dari saya. Tentunya ini tergantung
pada kemampun kita dalam IT. Namun yang perlu dicatat adalah gunakan aplikasi
yang sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa itu sendiri karena tidak semua
aplikasi pembelajaran daring bisa dipakai begitu saja, Dengan demikian guru
dituntut untuk mampu merancang atau mendesain pembelajaran daring yang ringan
dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan
sesuai dengan materi yang diajaarkan. Walaupun dengan pembelajaan daring akan
memberikan kesempatan lebih luas dalam mengeksplorasi materi yang akan
diajarkan, namun guru harus mampu memilih dan membatasi sejauh mana cakupan
materinya dan aplikasi apa yang cocok pada materi dan metode belajar yang
digunakan. Banyak guru yang terlalu memaksakan sebuah aplikasi yang ditengarai
kekinian dan keren, namun sangat tidak sesuai dengan tujuan awal dari sebuah
pembelajaran daring, yaitu untuk mempermudah siswa mendapat pembelajaran atau
pendidikan dalam situasi pandemi covid-19 ini. Bukannya malah membantu
meringankan beban psikis, namun malah membuat siswa menjadi stres ditambah lagi
dengan banyaknya penugasan yang tidak terukur oleh gurunya.
Nah itulah mengapa di lapangan kita sering mendapati keluhan
dari siswa maupun orang tuanya yang mengatakan bahwa mereka semakin stress
dengan pola pembelajaran daring. Ingat teman teman guru, bahwa meskipun kita
tidak hadir secara fisik bersama mereka namun kita harus mampu hadirkan secara
psikis di hadapan mereka dan berusaha mengerti apa yang mereka butuhkan.
Dengan demikian, keberhasilan guru dalam melakukan
pembelajaran daring pada situasi pandemi covid-19 ini adalah kemampuan guru
dalam berkreasi merancang dan meramu materi, metode pembelajaran, dan aplikasi
apa yang sesuai dengan materi dan metode. Kreatifitas merupakan kunci sukses
dari seorang guru untuk dapat memotivasi siswanya untuk tetap semangat dalam
belajar secara online dan tidak menjadi beban psikis. Yang terpenting dari
semua ini, guru harus tetap dan tanpa henti memotivasi siswa dalam
pembelajaran.
Implementasi Nilai Perjuangan Serangan Umum 1 Maret 1949
Implementasi Nilai Perjuangan Serangan Umum 1 Maret
1949
Bagi Bangkitnya Semangat Nasionalisme Pemuda Indonesia
MEMBACA ADALAH JENDELA DUNIA MENUJU INDONESIA JAYA
MEMBACA ADALAH JENDELA DUNIA MENUJU INDONESIA JAYA
Literasi. Akhir akhir ini kata literasi begitu sering diucapkan oleh guru dan pelajar pelajar dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Apakah arti dan maknanya? Penulis sendiri mengartikan kata literasi dengan budaya membaca dan menulis. Namun sebanarnya banyak sekali definisi literasi, ambil saja salah satu yang mudah untuk dimengertikan yaitu kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis.
Penulis mencoba mendalami dan
memaknai literasi dari sudut pandang dunia pendidikan, yaitu sekolah. Beberapa pertanyaan penulis ajukan kepada
peserta didik di sekolah dimana penulis mengajar. O iya penulis adalah guru mata
pelajaran sejarah yang mengajar di SMA Negeri 4 Surakarta, sekolah yang
dipandang oleh masyarakat sebagai sekolah favorit.
Apa sebenarnya indikator sekolah favorit?
Menurut pandangan penulis ukurannya masih dari peringkat hasil ujian nasional,
daya serap di perguruan tinggi negeri dan piala piala sebagai bukti banyaknya
prestasi dari sekolah tersebut. Nah, dari sekolah inilah penulis mencoba
menggali sejauh mana pandangan peserta didik terhadap literasi, dengan
keyakinan awal pastilah mereka sudah sangat paham dengan istilah ini karena
memang sudah disosialisikan lewat Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Namun
nampaknya dugaan penulis tidaklah tepat. Mengapa begitu ? Dari beberapa
pertanyaan yang penulis ajukan kepada 20 siswa secara acak tentang apa itu literasi
dan Gerakan Literasi Sekolah, belum dapat dijawab dengan baik bahkan masih
kelihatan kebingungan dan me reka-reka jawaban. Inilah sebuah kenyataan.
Sekolah yang dikatakan favorit pun masih mengalami kendala dalam membudayakan
literasi, bagaimana dengan di tempat lain. Inilah pekerjaan besar bagi bangsa kita
untuk terus mengupayakan, mengembangkan, membudayakan dan memasyarakatkan
literasi karena begitu pentingnya literasi dalam kehidupan
manusia di zaman informasi sekarang ini dalam mewujudkan Indonesia maju dan berkembang. Mengapa
demikian?...
“Membaca adalah jendela dunia”. Sering kan kita mendapati
kalimat ini ? Kalimat singkat dan sederhana tapi penuh makna. Jauh sebelum
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dikembangkan oleh Menteri Pendidikan Bapak Anis
Baswedan melalui Permendikbud No 21/2015, kalimat ini sudah familiar di telinga
kita. Di beberapa sudut yang mudah
dibaca seperti di perpustakaan, dinding sekolah, papan baca umum, instansi
pemerintah, kantor, dan seterusnya, kita sering mendapatinya, seolah-olah
mengingatkan kepada kita seluruh masyarakat betapa pentingnya kebiasaan
membaca. Penulis mengkomunikasikan dengan beberapa
peserta didik, dan inilah jawabannya “Apakah kalian sering mendapati kalimat
ini?” jawabannya “ya bu.” “Apakah kalian tahu maknanya?” Jawabannya “ya.” “Apakah
kalian sudah melaksanakannya?” Jawabannya “proses.” Nah inilah jawaban kuncinya
“proses”.
Sebagai seorang muslim penulis mencoba memperkuat
perintah membaca ini dari sudut pandang Islam. Perintah membaca dalam Al Qur’an
sangat jelas yang tercantum dalam surat Al Alaq. Kata pertama dari surat al
Alaq adalah berbunyi Iqra yang artinya bacalah. Bacalah, perintah Allah kepada
Muhammad SAW juga termasuk kepada ummatnya adalah diperintahkan untuk membaca.
Tetapi, makna dari kata bacalah atau membaca ini tidak hanya sekedar seperti
kita hanya membaca buku saja, tetapi memiliki makna yang sangat besar. Allah
memerintahkan untuk membaca adalah agar umat manusia benar benar membaca, dalam
artian membaca yang sebenarnya. Iqro yang artinya bacalah dimaknai dengan
memahami atau fahamilah, juga berarti telitilah, analisalah, sintesakanlah, bisa juga dengan
artian yang lebih luas yaitu temukan teori, temukan ilmu. Maka implikasi dari
Iqro, adalah umat Islam itu bisa memproduk sesuatu dengan ilmu atau menciptakan
suatu penemuan baru dalam ilmu pengetahuan melalui membaca. Sehingga bisa dikatakan bahwa membaca dan menulis merupakan kunci kemajuan
dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Apa hubungannya Literasi dengan
membaca? Hakikat secara umum dari literasi adalah membaca dan menulis. Namun,
seiring berjalannya waktu hakikat literasi kini makin berkembang. Hakikat
literasi adalah suatu kemampuan dalam menggunakan informasi tertulis untuk
mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas.
Nah, inilah hakikat literasi yang akan membangun bangsa. Mari kita Menengok
sejarah bangsa. Kebangkitan nasional Indonesia ditandai dengan lahirnya
golongan terpelajar yang membangkitkan bangsa ini melalui membaca dan menulis,
sehingga dapat menjadikan bangsa ini jaya dan ditakuti bangsa lain di massanya.
Bagaimana mereka mampu memberikan pengaruh dan menggerakkan masa melalui tulisan.
Dengan menulis mereka berbicara pada dunia tentang perjuangan, mereka
menyampaikan pendapat, mereka mengritik, mereka mengemukakan ide dan gagasan, mereka
membentuk opini, mereka menyuarakan hak bahkan mereka memprovokasi untuk
terciptanya kemerdekaan.
Tidak ada salahnya kita belajar dari
sejarah. Tokoh tokoh bangsa ini lahir dan besar karena dalam kesehariannya
menjadikan membaca sebagai kebutuhan hidup. Wakil presiden pertama Indonesia,
yaitu Bung Hatta pernah mengatakan, bahwa beliau siap diasingkan dan dipenjara
asalkan bersama buku. DouwesDekker, Soewardi Suryaningrat dan Cipto
Mangunkusumo memuat pandangan pandangan politiknya lewat tulisannya di majalah
De Express. Berkat tulisan-tulisannya terbentuk kesatuan pandangan mengenai
nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Masih banyak tokoh tokoh
pendiri bangsa lain yang menggunakan tulisan sebagai alat perjuangan seperti
Ir. Soekarno, Dr Sutomo, Tan Malaka, dr Radjiman Widyodiningrat, RA Kartini,
dan seterusnya. Bisa jadi mereka semua menganggap membaca sebuah kebutuhan
hidup dan dengan membaca itu pula mereka dapat melawan bahkan mengusir penjajah
dari negeri ini tanpa menggunakan senjata. Dari membaca itulah, yang mendorong
dan memunculkan gagasan-gagasan membangun bangsa.
Maka menurut hemat penulis,
kunci awal terlaksananya gerakan literasi adalah dari membaca. Dengan gerakan
yang terus menerus kita boleh berharap bahwa bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa
yang gemar membaca buku. Penulis yakin bahwa dengan membaca akan dapat
memajukan bangsa, menciptakan harapan, membangun imajinasi dan merancang masa
depan. Sasaran
utama dan pertama literasi (budaya membaca) ini adalah kaum muda Indonesia,
khsususnya para siswa dari tingkat sekolah dasar sampai menengah dan mahasiswa.
Hal ini dikarenakan kaum muda lah yang akan segera mewarisi negara ini. Kemajuan
dan perkembangan bangsa ini terletak pada kebijakan kaum muda jika kelak
menjadi pemimpin di masa depan.
Budaya membaca di sekolah
melalui Gerakan LiterasiSekolah (GLS) dimaksudkan untuk membawa warga sekolah lebih cerdas dalam
menyambut kedatangan zaman yang semakin informatif. Literasi bisa mempengaruhi peradaban manusia untuk
mempersiapkan insan intelektual, terutama usia sekolah untuk memenangkan
persaingan global. Literasi (membaca) akan membuka wawasan berfikir dan bisa
mengetahui budaya orang lain. Dengan demikian, akan timbul rasa saling
menghargai antar satu sama lain, tidak
merasa paling benar sendiri, dan kelak terciptalah perdamaian dunia. Jika
perdamaian tercipta maka tidak akan menghamabat pembangunan dan kemajuan
bangsa.
Siapa yang berperan dalam
Gerakan Literasi Sekolah ?... Harus dipahami bahwa literasi tidak hanya sekedar
berbasis pada kemampuan (skill) namun juga sesuatu yang diterapkan (applied), dan merupakan hal yang dikondisikan atau disituasikan
(situated) sehingga nantinya bisa
membudaya atau menginternalisasi atau menjadi sebuah kebiasaan. Untuk itu Gerakan Literasi Sekolah harus
bersifat partisipatif artinya dengan melibatkan peran serta seluruh komponen
pendidikan, dari mulai warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah,
tenaga kependidikan, pengawas sekolah, Komite Sekolah, orang tua/wali peserta
didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat dan pemangku kepentingan
di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pertanyaannya, apakah
literasi yang selama ini kita mengerti dan pahami sebenarnya sudah kontekstual
dan cukup bermanfaat bagi pembangunan sosial masyarakat luas? Anak anak jaman sekarang
yang kita menyebutnya jaman now dihadapkan
dengan era digitalisasi. Berbicara tentang literasi pada jaman now akan semakin kompleks bila dikaitkan
dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat. Miliaran informasi
dari berbagai belahan dunia dapat mudah diakses setiap hari. Padahal tidak
semua informasi itu bermanfaat, banyak di antaranya yang tidak konstruktif atau
bahkan berbahaya bagi pembangunan keadaban. Dalam konteks itu perlu
dikembangkan literasi digital yang mengedepankan keutamaan-keutamaan hidup
bersama. Dalam
deklarasi UNESCO menyebutkan bahwa
literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi,
menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan
terorganisasi, menggunakan, dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai
persoalan hidup dan kemajuan jaman.
SOAL ONLINE
RPP KELAS XI
Berikut contoh RPP kelas XI:














